(Sumber
gambar: Garena.co.id)
Menurut
Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, nilai pasar game di Indonesia mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun.
Tercatat, pada tahun 2016, pasar game
Indonesia diperkirakan menembus angka US$700 juta atau sekitar IDR 9,3 triliun. Angka ini akan
terus berkembang pesat dengan pendapatan mencapai USD$ 4 miliar atau sekitar
IDR 53,6 triliun pada penghujung tahun 2019.
Angka ini juga menjadikan Indonesia sebagai peringkat dua Asia Tenggara
dan peringkat 29 dari 100 negara.
Laporan tersebut juga mengungkapkan
persentase pertumbuhan industri video game dari tahun ke tahun. Di mana tingkat
pertumbuhan pasar game di Asia Tenggara per tahunnya mencapai rata-rata 28
persen, bahkan Indonesia berhasil menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan
pasar game per tahun yang paling
besar dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, yakni mencapai 37,3 persen.
Dilihat dari pertumbuhannya,
saat ini konsumen game mobile
Indonesia memiliki karakteristik yang hampir menyerupai wilayah Jepang,
Korea Selatan, dan juga Cina.
Melihat perkembangan video game terbaru yang cukup potensial, pemerintah Indonesia bersama Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan
pengembang game memiliki rencana strategis dalam mengembangkan industri game lokal.
Diharapkan pada 2020, industri video
game lokal dapat menguasai 50 persen pasar game di Indonesia.
Terkait hal tersebut, banyak dari
masyarakat Indonesia yang rela meninggalkan pekerjaannya dan beralih sebagai gamer professional. Pasalnya, seorang gamer professional dapat meraih pendapatan
hingga USD$ 1,000 atau sekitar IDR 13 juta per bulannya.
Hal inipun yang dilakukan oleh Septivia
Utami (26), seorang akuntan yang memilih untuk terjun ke dunia gamer professional sejak tahun 2011.
Menurutnya, profesi bermain video game
ini juga memerlukan etika kerja yang baik.
"Jika kita mau fokus jadi profesional gamer, kita harus bisa
bertanggung jawab dalam membagi waktu dan mengarahkan hobi ke arah yang
positif."
"Jika punya tim gaming yang dapat dikelola dengan baik,
tak menutup kemungkinan kita bisa menarik sponsor serta mendapatkan penghasilan
dari turnamen-turnamen yang kita menangkan,” ucap Septivia yang juga merupakan juara 3 dari Dota
Competition 2016.
Sadar
akan hal ini, Telkomsel menciptakan Indonesia Games Championship (IGC). Setelah
meraih kesuksesan besar pada tahun 2017, Indonesia Games Championship (IGC)
kembali hadir di bulan Maret 2018 kemarin. Pada kesempatan kali ini, Telkomsel
menyediakan berbagai turnamen eSport serta kompetisi cosplay (parade
kostum tokoh film kartun atau video
games) yang bisa diikuti oleh perorangan maupun kelompok.
Berlangsungnya
Indonesia Games Championship 2018 selama tiga hari, tercatat ada lebih dari
9,000 peserta yang tergabung dalam kompetisi besar ini. Selain itu, IGC 2018 juga dikunjungi oleh
lebih dari dari 13.000 orang pengunjung. Babak
kualifikasi online yang ditayangkan secara live streaming di YouTube dan disaksikan oleh lebih dari 3
juta views dengan total
durasi mencapai hampir sembilan juta menit. Acara grand final juga turut dihadiri oleh 32 tim internasional, di
antaranya dari Singapura, Vietnam, Tiongkok, Australia, Thailand dan Taiwan. Ini
bukanlah suatu hal yang mengejutkan, mengingat tingkat perkembangan pasar game
di Indonesia memiliki angka tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang di Amerika
Serikat.